1. SEPASANG MERPATI
Terdapatlah seekor burung merpati yang
tinggal di hutan bersama istrinya. Dia telah membuat sebuah sarang dan tinggal
di sana bersama-sama selama beberapa tahun. Pasangan merpati ini sangat tekun
mengerjakan kewajiban rumah tangganya. Hati mereka terikat oleh kasih sayang,
mereka terpikat satu sama lainnya dengan saling melirik, keindahan badan dan
kata hati. Dengan demikian mereka terikat sepenuhnya satu sama lain dalam kasih
sayang.
Merpati jantan dan betina begitu
saling terikat sehingga mereka tah tahan terpisah bahkan sesaatpun juga
disebut dengan baghavad vismrti artinya
pelupaan terhadap Tuhan dan keterikatan pada benda mati. Makhluk hidup memiliki
cinta yang kekal untuk Tuhan, tetapi cinta itu terbalik menjadi kasih sayang
material yang palsu ketika cinta itu berada di dunia material.
Apabila merpati betina
menginginkan sesuatu apapun maka dia akan merayu suaminya dengan senyum dan
kata-kata yang manis sehingga suaminya akan memenuhinya. Walaupun hal itu
sangat sulit untuk dilakukan. Merpati jantan itu disebut sebagai ajitendria
atau orang yang tidak dapat mengendalikan indria-indrianya dan hatinya mudah
luluh hanya dengan melihat wanita cantik.
Setelah beberapa waktu merpati
betina hamil untuk pertama kalinya. Setelah tiba waktunya diapun menghasilkan
sejumlah telur di dalam sarangnya. Tak lama kemudian anak-anak merpatipun
menetas dari telur itu. Bulu-bulu dan badan anak-anak itu lembut sekali.
Pasangan itu sangat sayang sekali kepada anak-anak mereka dan mereka bahagia
sekali mendengar kicaunya yang menyenangkan. Perlahan-lahan anak-anak itu
tumbuh semakin besar, sayap-sayap lembut mulai nampak, mereka bergerak dengan
lugu di dalam sarang dan mereka mulai mencoba untuk melompat dan terbang.
Melihat anak-anaknya bahagia, orang tuanyapun ikut bahagia. Hati mereka terikat
oleh kasih sayang. Burung-burung bodoh itu sepenuhnya dihayalkan oleh tenaga
Sri Visnu yang menghayalkan mereka terus merawat anak-anaknya.
Pada suatu hari kedua merpati itu pergi
mencari makanan untuk anak-anaknya. Mereka ingin sekali memberikan makanan yang
layak untuk anak-anaknya sehingga mereka berkeliling kesemua hutan dalam kurun
waktu yang lama. Pada waktu itu seorang pemburu yang kebetulan lewat di hutan
melihat anak-anak merpati itu sedang bergerak-gerak disarangnya. Lalu dengan
jalanya pemburu itu menangkap mereka semua. Sementara itu, orang tua merpati
itu akan kembali kesarangnya setelah mendapatkan makanan secukupnya. Sang
pemburu telah memasang jaring didekat sarang dan anak-anak merpati sebagai
umpannya. Ketika merpati betina melihat bahwa anak-anaknya sedang tertangkap
dalam jaring sang pemburu dia sangat sedih sekali dan tanpa pikir panjang dia
berlari kepada anak-anaknya yang juga sedang
menangis.
Merpati betina itu selalu
membiarkan dirinya diikat oleh tali-tali kasih sayang material, oleh karena itu
dia sangat berduka sekali. Karena tenaga Tuhan yang menghayalkan dia sepenuhnya
melupakan dirinya dan berlari kepada anak-anaknya yang sedang tak berdaya
sehingga dengan segera di tertangkap oleh jaring sang pemburu. Melihat
anak-anak dan istrinya, yang dia cintai melebihi napas kehidupannya sendiri,
merpati jantan mulai meratap dengan hati pilu : "Oh, betapa malangnya diri
ini, lihatlah, sekarang aku akan segera hancur saya bodoh sekali karena saya
tidak melakukan kegiatan saleh yang benar. Saya tidak dapat memuaskan diri
sendiri dan saya juga tidak dapat memenuhi tujuan kehidupanku. Keluarga
tercintaku yang merupakan dasar dari keagamaanku, perkembangan ekonomi, dan
kepuasan indria-indria sekarang hancur tanpa daya". Disini jelas bahwa
merpati itu tidak puas dengan kepuasan indria-indria yang telah dia capai.
Walaupun sepenuhnya dia telah terikat kepada istri, anak-anak dan sarangnya dia
tidak dapat menikmati mereka secukupnya karena sebenarnya tidak ada kepuasan
dalam hal-hal seperti itu. Oleh karena itu semua kasih sayang material burung
itu hancur dalam jaring sang pemburu, dengan kata lain kematian mengkhiri
segalanya.
"Aku dan istriku adalah
pasangan yang ideal, dia selalu setia dan menuruti perintahku dan bahkan dia
menerimaku sebagai deva yang patut untuk dia puja. Tapi kini, melihat anak-anak
kita yang suci. Sekarang aku adalah orang yang merana tinggal di rumah yang
kosong. Istri telah meninggal begitu pula anak-anakku lalu mengapa aku masih
tetap hidup. Hatiku sedih berpisah dengan keluargaku sehingga hidup ini terasa
hanya derita saja". Melihat semua kenyataan ini, dia menjadi kacau,
pikirannya kosong dan akhirnya dia sendiri jatuh terperangkap dalam jaring sang
pemburu.
Setelah memenuhi keinginannya dengan
menangkap semua keluarga merpati itu sang pemburupun pulang ke rumahnya. Dengan
cara demikian orang yang terlalu terikat pada kehidupan berumah tangga akan
terganggu hatinya. Seperti merpati itu, dia mencoba untuk menemukan kebahagiaan
dalam hubungan sex duniawi. Dengan sibuk memelihara keluarganya orang yang
pelit dinasibkan untuk menderita bersama dengan semua anggota keluarganya.
Pintu terbuka lebar bagi orang yang telah mencapai kehidupan sebagai manusia.
Akan tetapi jika manusia hanya sibuk dalam mengurus keluarga seperti merpati
yang bodoh itu maka dia dianggap bagaikan orang yang telah menaiki tempat yang
tinggi kemudian mencoba untuk melompat dan akhirnya jatuh.*