PROFIL


Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA INTERNATIONAL didirikan atas kegigihan dan keinginan yang kuat dari Sri Sriman Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa untuk menyebarkan ajaran Tuhan Sri Krishna yang murni yang tertulis dalam kitab suci Veda sebagaimana diajarkan oleh acarya besar pendiri ISKCON - A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada telah mengunjungi Indonesia dan tiba di Jakarta tahun 1973 dengan pesannya yang sangat kuat bahwa getaran Hindu masih ada di Indonesia. Selanjutnya atas karunia yang tiada sebabnya dari Tuhan Sri Krishna, Sri Caitanya dan dari Srila Prabhupada sendiri pada tahun 1990 murid beliau yang sangat perkasa dan murni bernama Srila Gour Govinda Swami dimana merupakan pelanjutnya yang asli dan murni mulai mengajarkan ajaran Veda tersebut di Indonesia dan dimulai dari Bali. Damodara Pandit Dasa adalah nama rohani yang diberikan oleh beliau sebagai bukti diterimanya sebagai seorang murid. Pada tahun 1996 Srila Gour Govinda Swami meninggalkan planet bumi ini namun sebelum itu beliau telah menunjuk seorang penyembah Tuhan Sri Krishna yang murni yang juga murid langsung dari Srila Prabhupada yang bernama Srila Bhaktisvarupa Damodara Swami untuk melanjutkan tugasnya di Indonesia. Yang secara otomatis sebagai pelanjut yang sah dari Srila Gour Govinda Swami.

Pada tahun 1997 Srila Bhaktisvarupa Damodara Swami mulai melaksanakan kewajiban sebagai pelanjut dari Srila Gour Govinda Swami untuk mengajarkan Veda di Indonesia. Sebelum beliau mengakhiri tugasnya yaitu meninggalkan planet bumi ini tahun 2006, beliau telah menunjuk Damodara Pandit Dasa untuk melanjutkan tugas dan kewajibannya mengajarkan ajaran Veda di Indonesia dan diseluruh dunia dengan mengesahkan organisasi kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA. Secara terbuka dihadapan banyak muridnya Srila Bhaktisvarupa Damodara Swami mengumumkan melalui bibir padma seorang penyembah murni Tuhan Jagannatha yaitu Raja Jagannatha Puri Gajapati Dibya Singh Deb Maharaja. Bahwa Damodara Pandit Dasa bertugas untuk mengajarkan misi Srila Prabhupada dari Srila Bhaktisvarupa Damodara Swami. Dengan mana sebelumnya Damodara Pandit Dasa telah diberi gelar Sri Sriman Waisnawa Pandita. Nama Ida adalah diambil dari gelar leluhurnya terdahulu. Dengan  demikian secara otomatis sebagai pelanjut dari Srila Bhaktisvarupa Damodara Swami. Di Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA INTERNATIONAL. Garis perguruan rohani di Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA INTERNATIONAL turun dari Tuhan Sri Krishna melalui garis perguruan rohani Veda yang utuh dan murni tanpa cacad cela. Semoga atas karunia Tuhan Sri Krishna yang tiada sebabnya Organisasi Kerohanian Hindu ISKCON-INDONESIA INTERNATIONAL tetap jaya selamanya.

Sejak dahulu, Indonesia telah menjadi tempat yang penting secara rohani. Posisi Indonesia yang penting secara rohani  dapat dikaji dari bukti sejarah, catatan dalam purana dan itihasa serta dari geografi Veda. Dari bukti sejarah, Indonesia telah dikunjungi oleh banyak orang suci dari Zaman Veda, seperti Maharsi Agastya dan Markandeya yang adalah penyembah-penyembah Tuhan Sri Krishna. Hingga kini, peninggalan-peninggalan orang-orang suci tersebut masih dapat disaksikan sebagai bukti menyebarnya peradaban Hindu pada masa lampau di Indonesia. Bahkan, beberapa kelompok masyarakat yang kini menyebar di Jawa dan Bali memiliki garis keturunan dengan para Maharsi tersebut. Orang-orang Hindu di Indonesia sejak zaman purba telah menggunakan peradaban Veda dan mereka memiliki para leluhur yang merupakan para Vaisnava yang murni.

Pada tahun 1973, Srila Prabhupada mengunjungi Jakarta, ibukota Indonesia. Srila Prabhupada mengatakan bahwa beliau masih merasakan getaran Hindu di Indonesia. Ini membuktikan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang berperadaban Veda. Posisi penting Indonesia dari segi rohani dapat pula dilihat dari catatan sejarah Purana dan Itihasa. Dalam Kitab Mahabharata, misalnya, dijelaskan bahwa Indonesia beserta daratan di sekitarnya adalah bagian dari India yang dikenal dengan nama 'negeri sembilan pulau' yang mengelilingi Negeri Bharata-varsa (India). Dalam Bahasa Sanskerta, Negeri Sembilan Pulau disebut 'Navadvipa', sama dengan nama sebuah wilayah suci tempat turunnya Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu di India. Dalam kitab Ramayana secara mengejutkan disebutkan bahwa Sri Hanumanji pernah mengunjungi wilayah Indonesia ketika beliau berniat menyeberangi samudera untuk menemukan Sita. Indonesia dijelaskan dalam kitab tersebut sebagai pulau bernama Suvarnabhumi, yang berada di daerah Sakadvipa di timur Himalaya. Kitab Ramayana juga menjelaskan bahwa Indonesia adalah tempat bersemayam Sri Garudadeva, kendaraan Tuhan Sri Visnu. Dari zaman kerajaan Hindu di Indonesia hingga kini, Garuda tetap digunakan sebagai lambang negara, dan itu pula yang menjadikan Indonesia sebagai satu-satunya negara di dunia yang memakai lambang Vaisnava sebagai simbol negara (nagara-lancana). Terakhir, dari segi geografi Veda, seperti yang tercantum dalam Matsya Purana, Indonesia dikenal juga sebagai Svetadvipa, atau pulau putih. Dalam Kitab Suci Veda, Svetadvipa adalah pulau tempat bersemayamnya Tuhan Sri Visnu yang terletak di tengah-tengah samudera susu (ksirarnava). Matsya Purana menyebut samudera yang mengelilingi Indonesia sebagai Samudera susu (ksira-samudra). Tak heran bahwa kisah pengadukan lautan susu sangat populer di Indonesia sejak zaman dahulu, termasuk ke negara-negara tetangga seperti Thailand, Myanmar dan Kamboja. Bahkan, Kamboja memiliki mandir Hindu Vaisnava kuno terbesar di dunia yang disebut Angkor Wat, yang menyimbolkan pengadukan lautan susu. Demikian pula Thailand yang memiliki Bandara Internasional Suvarnabhumi, dengan simbol pemutaran Gunung Mandara.


Indonesia berlambang Garuda, kendaraan Tuhan Sri Visnu. Kita berdoa semoga dengan simbol itu, Tuhan Sri Visnu menunggang garuda-Nya untuk memberi karunia dari Indonesia ke seluruh dunia. Dalam Kitab Ramayana juga dijelaskan bahwa Garuda bertengger di sebuah pohon besar di lautan yang berombak besar, tidak jauh dari Pulau Sudarsana dan Gunung Udaya. Gunung Udaya kini dikenal sebagai Gunung Agung di Pulau Bali, dan Pulau Sudarsana disebutkan adalah Pulau Madura, di Jawa Timur. Gunung Agung dikatakan adalah tempat langkah pertama Sri Vamana menginjakkan kaki-Nya untuk menerima persembahan dari Maharaja Bali berupa tanah seukuran tiga langkah. Indonesia, atau Bali sangat tepat dijadikan pusat penyebaran misi Sri Caitanya Mahaprabhu dalam rangka menjaga kemurnian ISKCON dan garis perguruannya. Selain itu, ada sesuatu yang unik bahwa seorang guru kerohanian muncul di luar Bharatavarsa dalam proses evolusi, sebagaimana Srila Gour Govinda Swami menyatakan, "Akan ada sebuah revolusi (perubahan) dari suasana yang membingungkan menuju ketenangan dan kemurnian." Maka, dari 1996 ISKCON-INDONESIA telah berdiri sendiri dengan garis perguruan yang murni. Diharapkan agar ISKCON-INDONESIA menjadi tenang, damai, rukun dan bersatu menuju kesucian dan pengajaran selanjutnya dapat menuju tingkat internasional sehingga menjadi lebih kuat dan mantap. Ini berdasarkan kepada slogan: "dari Tuhan Sri Krishna, oleh Tuhan Sri Krishna dan untuk Tuhan Sri Krishna, dari Sri Guru, oleh Sri Guru dan untuk Sri Guru." Berdasarkan slogan tersebut ISKCON-INDONESIA INTERNATIONAL akan tetap terjaga dalam kesatuan, kesucian dan kedamaiannya (UAP­­--Unity, Auspiciousness, Peace), yang artinya kesatuan, kesucian dan kedamaian, membawahi seluruh cabangnya di Indonesia dan dunia. Perlu dipahami dalam Bahasa Indonesia, uap berarti air yang murni dan suci, terangkat dari dunia material seperti uap air yang naik. Demikianlah seharusnya para menyembah yang berlindung kepada Tuhan Caitanya Mahaprabhu dan Srila Prabhupada di ISKCON-INDONESIA INTERNATIONAL agar bisa seperti uap, di mana kekotoran-kekotoran material telah tertinggal menuju kemurnian rohani. Perlu diingat bahwa tidak ada apa pun yang harus dicari yang bersifat material kecuali penyerahan diri menuju kemurnian spiritual dan pulang ke dunia rohani, kerajaan Tuhan.