Ada seorang pujari di Jaganatha
puri yang bernama somanath Khuntia. Pada suatu hari dia sedang berdiri
dihadapan arca dan pasangan pengantin baru dari Bengal datang menemuinya. Sang
suami bernama Deepan Ghosh dan isterinya bernama shubhashree.
Sang suami bertanya kepada sang
pujari, “apakah yang berwajah hitam ini Jaganatha?, dapatkah dia mendengar doa
doa dan menjawabnya? Mungkin tidak, karena dia terbuat dari kayu dan tidak
punya telinga. Kau sebagai pendeta Jaganatha, hanya menipu para peziarah yang
tidak bersalah yang datang dari tempat yang jauh. Kau hanya tertarik mengambil
uang dari mereka atas nama Jaganatha tapi dia tidak pernah menjawab doa doa
kami”.
Karena ini hari pertama Khuntia itu
menjadi pujari, dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh tuan Ghosh. Dia hanya
menjawab, “ya. Jaganatha mendengar kalau kau berdoa dengan tulus”.
Deepan Ghosh adalah orang yang kaya
raya, oleh karena itu bicaranya pedas, “aku tulus tapi kau tidak, apa gunanya
melakukan puja puja dan doa doa pada sebatang kayu itu?”. Sang ayah berkata
pada anaknya lakukan ini, anak itu lagi berkata pada anaknya, lakukan ini
seperti itu terus menerus berlangsung. Yang kau panggil Jaganatha itu tidak
akan pernah mendengarmu”.
Ketika orang itu terus menantang Jaganatha,
pujari itu berkonsultasi pada pimpinan pujari yang sedang menghias Jaganatha
dengan kalungan bunga. Pimpinan pujari menasehatkan, “katakana pada orang itu
untuk datang lagi pada perayaan ‘candana lagi’ tuhan Jaganatha, setelah tengah
malam. Pada waktu itu tuhan Jaganatha diolesi dengan tapal candana yang wangi
sebelum Beliau tidur. Kalau siapapun yang berdoa pada jam itu maka beliau akan
memenuhinya”.
Ketika tuah Ghosh sedang menghina
tuhan Jaganatha isterinya bersujud dan menyampaikan doa doa pujian. Pada waktu
dia pergi, isterinyapun mengikutinya dengan diam saja. Hal yang aneh tuan Ghosh
bersama isterinya datang lagi apda perayaan ‘candana lagi’. Dia menemui pujari
dan bertanya, “jadi apakah sekarang waktu yang baik bagi Jaganatha untuk
mendengar, kalau begitu aku akan minta sesuatu padaNya”. Pujari menanyakan apa
yang akan dia inginkan. Tuan Ghosh mengatakan, “dapatkah dia memberikanna. Tanyakan
sama Dia dulu. Pujari muda itu karena kesal berkata, “ya. Tuhan Jaganatha akan
memberikannya, katakanlah padanya apa yang kau mau”.
Tuan Ghosh melihat sesaat pada
isteri mudanya yang cantik. Kulitnya kuning langsat, dia memakai sari benares
yang mewah, wajahnya bersinar seperti seorang yang cantik. Tuan Ghosh sangat
menyayanginya namun dia ada rasa untuk hal hal sepiritual. Kemudian setengah
bergurau dan setengah tulus dia berpaling pada Jaganatha dan meminta, “katakana
padaNya untuk memberikan aku pembebasan. Aku minta moksa”.
Khuntia muda itu pergi pada
pimpinan pujari yang sedang mengolesi tapak kayu cendana pada dahi Jaganatha.
Secara wajar pada saat yang membahagiakan itu Jaganatha akan menganugrahkan
apapun yang diminta. Kemudian dengan suara keras, sehingga tuan itu juga
mendengar pujari menyampaikan doanya, “oh Jaganatha, orang ini, Deepan Ghosh
dari Bengali mohon pada anda agar diberi pembebasan, penuhilah keinginannya”.
Pujari muda itu kembali mengatakan pada tuan Ghosh bahwa doanya sudah
disampaikan. Tuan Ghosh menjawab, “hah, arca kayu ini, Memenuhi doaku! Sungguh ajaib,
jangan menipuku! jangan berfikir aku ini bodoh! aku tidak dapat diolok olok
dengan mudah!” lalu dia pergi.
Enam bulan kemudian, ketika pujari
sedang melewati pintu timur tempat sembahyang, dia mendengar namanya dipanggil
dengan suara speaker yang keras, “Sri Somanath Khuntia, datanglah ketempat
informasi karena seorang wanita dari Bengal datang ingin menemui anda”, dia
merasa kaget, “wanita mana yang mau menemuiku”, karena dia sudah hampir lupa
dengan kejadian enam bulan lalu, segera dia datang ke tempat informasi. Setelah
melihat wanita itu, dia masih tidak ingat. Wanita itu memakai sari putih
seperti seorang janda. Melihat pujari muda itu, wanita itu berlari dan
bersujud, dikakinya. Sambil menangis dia berkata, “sebenarnya Jaganatha anda
sangatlah agung. Beliau dapat mendengar. Sekarang saya adalah seorang janda
karena suamiku Deepan Ghosh tiba tiba meninggal sebulan yang lalu”, pujari sri
somanatha berdiri tak dapat berbicara apa apa.