Sabtu, 26 Juli 2014

Keinginan yang Dipenuhi



Ada seorang pujari di Jaganatha puri yang bernama somanath Khuntia. Pada suatu hari dia sedang berdiri dihadapan arca dan pasangan pengantin baru dari Bengal datang menemuinya. Sang suami bernama Deepan Ghosh dan isterinya bernama shubhashree.
Sang suami bertanya kepada sang pujari, “apakah yang berwajah hitam ini Jaganatha?, dapatkah dia mendengar doa doa dan menjawabnya? Mungkin tidak, karena dia terbuat dari kayu dan tidak punya telinga. Kau sebagai pendeta Jaganatha, hanya menipu para peziarah yang tidak bersalah yang datang dari tempat yang jauh. Kau hanya tertarik mengambil uang dari mereka atas nama Jaganatha tapi dia tidak pernah menjawab doa doa kami”.
Karena ini hari pertama Khuntia itu menjadi pujari, dia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh tuan Ghosh. Dia hanya menjawab, “ya. Jaganatha mendengar kalau kau berdoa dengan tulus”.
Deepan Ghosh adalah orang yang kaya raya, oleh karena itu bicaranya pedas, “aku tulus tapi kau tidak, apa gunanya melakukan puja puja dan doa doa pada sebatang kayu itu?”. Sang ayah berkata pada anaknya lakukan ini, anak itu lagi berkata pada anaknya, lakukan ini seperti itu terus menerus berlangsung. Yang kau panggil Jaganatha itu tidak akan pernah mendengarmu”.
Ketika orang itu terus menantang Jaganatha, pujari itu berkonsultasi pada pimpinan pujari yang sedang menghias Jaganatha dengan kalungan bunga. Pimpinan pujari menasehatkan, “katakana pada orang itu untuk datang lagi pada perayaan ‘candana lagi’ tuhan Jaganatha, setelah tengah malam. Pada waktu itu tuhan Jaganatha diolesi dengan tapal candana yang wangi sebelum Beliau tidur. Kalau siapapun yang berdoa pada jam itu maka beliau akan memenuhinya”.
Ketika tuah Ghosh sedang menghina tuhan Jaganatha isterinya bersujud dan menyampaikan doa doa pujian. Pada waktu dia pergi, isterinyapun mengikutinya dengan diam saja. Hal yang aneh tuan Ghosh bersama isterinya datang lagi apda perayaan ‘candana lagi’. Dia menemui pujari dan bertanya, “jadi apakah sekarang waktu yang baik bagi Jaganatha untuk mendengar, kalau begitu aku akan minta sesuatu padaNya”. Pujari menanyakan apa yang akan dia inginkan. Tuan Ghosh mengatakan, “dapatkah dia memberikanna. Tanyakan sama Dia dulu. Pujari muda itu karena kesal berkata, “ya. Tuhan Jaganatha akan memberikannya, katakanlah padanya apa yang kau mau”.
Tuan Ghosh melihat sesaat pada isteri mudanya yang cantik. Kulitnya kuning langsat, dia memakai sari benares yang mewah, wajahnya bersinar seperti seorang yang cantik. Tuan Ghosh sangat menyayanginya namun dia ada rasa untuk hal hal sepiritual. Kemudian setengah bergurau dan setengah tulus dia berpaling pada Jaganatha dan meminta, “katakana padaNya untuk memberikan aku pembebasan. Aku minta moksa”.
Khuntia muda itu pergi pada pimpinan pujari yang sedang mengolesi tapak kayu cendana pada dahi Jaganatha. Secara wajar pada saat yang membahagiakan itu Jaganatha akan menganugrahkan apapun yang diminta. Kemudian dengan suara keras, sehingga tuan itu juga mendengar pujari menyampaikan doanya, “oh Jaganatha, orang ini, Deepan Ghosh dari Bengali mohon pada anda agar diberi pembebasan, penuhilah keinginannya”. Pujari muda itu kembali mengatakan pada tuan Ghosh bahwa doanya sudah disampaikan. Tuan Ghosh menjawab, “hah, arca kayu ini, Memenuhi doaku! Sungguh ajaib, jangan menipuku! jangan berfikir aku ini bodoh! aku tidak dapat diolok olok dengan mudah!” lalu dia pergi.
Enam bulan kemudian, ketika pujari sedang melewati pintu timur tempat sembahyang, dia mendengar namanya dipanggil dengan suara speaker yang keras, “Sri Somanath Khuntia, datanglah ketempat informasi karena seorang wanita dari Bengal datang ingin menemui anda”, dia merasa kaget, “wanita mana yang mau menemuiku”, karena dia sudah hampir lupa dengan kejadian enam bulan lalu, segera dia datang ke tempat informasi. Setelah melihat wanita itu, dia masih tidak ingat. Wanita itu memakai sari putih seperti seorang janda. Melihat pujari muda itu, wanita itu berlari dan bersujud, dikakinya. Sambil menangis dia berkata, “sebenarnya Jaganatha anda sangatlah agung. Beliau dapat mendengar. Sekarang saya adalah seorang janda karena suamiku Deepan Ghosh tiba tiba meninggal sebulan yang lalu”, pujari sri somanatha berdiri tak dapat berbicara apa apa.